Awal tahun, terhitung per 1 Januari 2014 Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg sebesar 68 persen untuk mengurangi kerugian bisnis bahan bakar nonsubsidi itu yang rata-rata sebesar Rp6 triliun per tahun.
Kalau dihitung, maka kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 Kg yang semula Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung, setelah ditambah biaya distribusi dan pengisiian elpiji, maka harga elpiji sampai di konsumen setelah kenaikan menjadi Rp130.000--Rp140.000 per tabung 12 kg. Pertamina menghitung pascakenaikan kerugian bisa ditekan dari Rp6 triliun menjadi Rp2 triliun.
Harga pokok pengadaan elpiji terutama ditentukan harga pembelian yang mengacu pasar dan nilai tukar rupiah.
Dari kenaikan harga gas non subsidi tersebut dirasa terlalu tinggi, mengakibatkan keresahan di masyarakat, karena dampaknya cukup terasa dan memberatkan masyarakat sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi waktu kepada Pertamina dan Kementerian terkait untuk berkoordinasi dalam menentukan kenaikan harga elpiji 12 kg. Presiden SBY memberi deadline 1x24 jam agar harga kenaikan elpiji dikaji ulang.
Sebagian anggota masyarakat yang semula menggunakan tabung 12Kg bersubsidi, kini beralih ke tabung gas 3kg subsidi, sehingga membuat tabung kecil tersebut laris di pasaran.
Ada lagi masyarakat Indonesia yang kreatif, mereka memilih energi alternatif, diantaranya adalah:
1. Batu bara, bahan bakar ini sebenarnya sudah lama menjadi bahan bakar untuk keperluan memasak sehari-hari, untuk memudahkan, maka batu bara ini dibentuk menjadi briket, lalu disimpan dalam kompor khusus. harga briket batu tidaklah mahal, di sebagian daereh perkilo dijual tidak lebih dari enam ribu rupiah saja.
2. Kayu bakar, bagi sebagian penduduk yang diam di daerah dengan limpahan pepohonan dari hutan tentu saja mudah sekali mendapatkan kayu bakar, dengan hanya pergi ke hutan atau gunung, mereka dapat langsung memperolehnya tanpa memerlukan biaya, namun ada pula yang membeli dari penjual.
3. Bio gas, inilah energi alternatif yang unik, karena bahan bakar ini diambil dari kotoran sapi, di daerah yang banyak peternakan sapinya, kotoran sapi dapat dijadikan bahan bakar gas gratis. Kotoran sapi akan ditampung pada sebuah bak penampungan tertutup, lalu dibuatlah saluran ke sebuah penampung gas berupa plastik, kemudian tinggal menunggu beberapa minggu dan gaspun sudah dapat digunakan.
4. Serbuk gergaji, bahan bakar ini biasanya dijumpai di daerah yang terdapat tempat penggergajian kayu, serbuk gergaji akan dikumpulkan lalu disimpan dalam kompor khusus lalu dibakar seperti biasa.
Mungkin diantara pembaca ada yang tahu energi alternatif lainnya?
Kalau dihitung, maka kenaikan harga gas elpiji ukuran 12 Kg yang semula Rp 70.200 menjadi Rp 117.708 per tabung, setelah ditambah biaya distribusi dan pengisiian elpiji, maka harga elpiji sampai di konsumen setelah kenaikan menjadi Rp130.000--Rp140.000 per tabung 12 kg. Pertamina menghitung pascakenaikan kerugian bisa ditekan dari Rp6 triliun menjadi Rp2 triliun.
Harga pokok pengadaan elpiji terutama ditentukan harga pembelian yang mengacu pasar dan nilai tukar rupiah.
Dari kenaikan harga gas non subsidi tersebut dirasa terlalu tinggi, mengakibatkan keresahan di masyarakat, karena dampaknya cukup terasa dan memberatkan masyarakat sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi waktu kepada Pertamina dan Kementerian terkait untuk berkoordinasi dalam menentukan kenaikan harga elpiji 12 kg. Presiden SBY memberi deadline 1x24 jam agar harga kenaikan elpiji dikaji ulang.
Sebagian anggota masyarakat yang semula menggunakan tabung 12Kg bersubsidi, kini beralih ke tabung gas 3kg subsidi, sehingga membuat tabung kecil tersebut laris di pasaran.
Ada lagi masyarakat Indonesia yang kreatif, mereka memilih energi alternatif, diantaranya adalah:
1. Batu bara, bahan bakar ini sebenarnya sudah lama menjadi bahan bakar untuk keperluan memasak sehari-hari, untuk memudahkan, maka batu bara ini dibentuk menjadi briket, lalu disimpan dalam kompor khusus. harga briket batu tidaklah mahal, di sebagian daereh perkilo dijual tidak lebih dari enam ribu rupiah saja.
2. Kayu bakar, bagi sebagian penduduk yang diam di daerah dengan limpahan pepohonan dari hutan tentu saja mudah sekali mendapatkan kayu bakar, dengan hanya pergi ke hutan atau gunung, mereka dapat langsung memperolehnya tanpa memerlukan biaya, namun ada pula yang membeli dari penjual.
3. Bio gas, inilah energi alternatif yang unik, karena bahan bakar ini diambil dari kotoran sapi, di daerah yang banyak peternakan sapinya, kotoran sapi dapat dijadikan bahan bakar gas gratis. Kotoran sapi akan ditampung pada sebuah bak penampungan tertutup, lalu dibuatlah saluran ke sebuah penampung gas berupa plastik, kemudian tinggal menunggu beberapa minggu dan gaspun sudah dapat digunakan.
4. Serbuk gergaji, bahan bakar ini biasanya dijumpai di daerah yang terdapat tempat penggergajian kayu, serbuk gergaji akan dikumpulkan lalu disimpan dalam kompor khusus lalu dibakar seperti biasa.
Mungkin diantara pembaca ada yang tahu energi alternatif lainnya?
Post a Comment for "Bingung dengan harga gas yang selangit? ini dia alternatifnya"
Silahkan berkomentar dengan kata-kata yang sopan, dilarang menyertakan link aktif. maaf, komentar tidak akan langsung dibalas karena Saya tidak selalu online. terimakasih atas kunjungannya.