Hampir semua lapisan masyarakat meminati produk peralatan makan yang berbahan plastik. Produk yang melimpah tersebut diminati karena, selain harganya yang cukup murah, warnanya menarik dan bentuknya unik. Sebagian orang masih meragukan pemakaiannya karena alasan kesehatan
Dari sekian banyaknya jenis plastik yang digunakan dalam pembuatan wadah makanan yang beredar di pasaran, terdapat dua yang paling sering dipakai dan populer yakni melamin dan polipropilen.
Cara mencagah bahaya dari peralatan makan dari plastik
Peralatan makan plastik yang disinyalir berbahaya adalah yang mengandung bisphenol A (BPA) dan phthalate. Kedua senyawa tersebut bersifat toksik. Seperti dilansir CNN Rabu (30/4/2014), Chris Winder, profesor toksikologi dan kesehatan okupasi di Australian Catholic University menganjurkan:
Chris Winder menegaskan, Jika kita memiliki peralatan makan melamin baru, maka monomernya terikat kuat menjadi polimer. Tetapi jika peralatan tersebut sedikit menua, kontak dengan benda-benda tertentu, termasuk air panas, akan membuatnya melepas monomer. Menurutnya risikonya lebih tinggi.
Meski demikian, Winder dan pakar toksikologi yang lain, Dr Ian Musgrave, sama-sama setuju bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan jika mengonsumsi makanan panas dengan menggunakan peralatan berbahan plastik atau melamin. Pasalnya jumlah melamin yang masuk ke dalam tubuh, 600 kali lebih kecil dari batas maksimal asupan melamin. Meski demikian apabila penggunaannya berlebihan, maka bukan tidak mungkin jumlah melamin akan bertumpuk di dalam tubuh dan mengakibatkan kerugian dalam kesehatan.
Dari sekian banyaknya jenis plastik yang digunakan dalam pembuatan wadah makanan yang beredar di pasaran, terdapat dua yang paling sering dipakai dan populer yakni melamin dan polipropilen.
Cara mencagah bahaya dari peralatan makan dari plastik
Peralatan makan plastik yang disinyalir berbahaya adalah yang mengandung bisphenol A (BPA) dan phthalate. Kedua senyawa tersebut bersifat toksik. Seperti dilansir CNN Rabu (30/4/2014), Chris Winder, profesor toksikologi dan kesehatan okupasi di Australian Catholic University menganjurkan:
- Untuk menggunakan wadah plastik yang memiliki tanda daur ulang berkode 1,2,4, dan 5. Sebab, wadah plastik dengan kode tersebut biasanya tidak mengandung BPA dan phthalate.
- Hal lain yang perlu diperhatikan ialah mengganti mangkuk plastik tua dengan mangkuk yang baru. Plastik merupakan polimer besar yang tersusun dari komponen-komponen kecil yang disebut monomer. Meski polimer tak berbahaya, monomer penyusunnya mungkin masih bersifat racun. Dan plastik tua cenderung lebih mudah terurai menjadi monomer.
Chris Winder menegaskan, Jika kita memiliki peralatan makan melamin baru, maka monomernya terikat kuat menjadi polimer. Tetapi jika peralatan tersebut sedikit menua, kontak dengan benda-benda tertentu, termasuk air panas, akan membuatnya melepas monomer. Menurutnya risikonya lebih tinggi.
Meski demikian, Winder dan pakar toksikologi yang lain, Dr Ian Musgrave, sama-sama setuju bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan jika mengonsumsi makanan panas dengan menggunakan peralatan berbahan plastik atau melamin. Pasalnya jumlah melamin yang masuk ke dalam tubuh, 600 kali lebih kecil dari batas maksimal asupan melamin. Meski demikian apabila penggunaannya berlebihan, maka bukan tidak mungkin jumlah melamin akan bertumpuk di dalam tubuh dan mengakibatkan kerugian dalam kesehatan.
Post a Comment for "Tips Mencegah Bahaya Kesehatan Saat Menggunakan Peralatan Makan dari Plastik"
Silahkan berkomentar dengan kata-kata yang sopan, dilarang menyertakan link aktif. maaf, komentar tidak akan langsung dibalas karena Saya tidak selalu online. terimakasih atas kunjungannya.